Serang (4/5), Bantenesia – Kisah kehidupan buruh di Banten, khususnya di Tangerang dan di Serang Timur mendapat perhatian dari aktifis sosial asal Amerika Serikat, Jim Keady. Dalam paparannya di Kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (4/5), Jim mengatakan bahwa kehidupan buruh yang tersebar di Banten, khususnya yang bergerak dalam bidang produksi peralatan olah raga yang menyuplai untuk kebutuhan dunia harus dapat hidup layak sesuai dengan produk yang diproduksinya.
Jim Keady hadir sebagai pembicara tunggal dalam Diskusi Publik “Politisasi Buruh Indonesia – Amerika” yang diselenggarakan oleh Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten. Dalam paparannya, Jim mengambil contoh kasus Pabrik Sepatu Nike yang merupakan salah satu produsen alat olah raga kelas dunia yang menguasai 31% pasar dunia yang juga digunakan oleh para profesional olah raga.
Untuk membantu advokasi kehidupan para buruh, Jim beberapa kali harus hidup di Tangerang dengan standart kehidupan minimum yang menurut beliau sangat irasional. “Jika kehidupan buruh hanya dibayar dengan standar minimum, maka dipastikan para buruh pabrik tersebut tidak akan bisa hidup sejahtera walau sekedar untuk membiayai hidupnya sendiri,” papar Jim.
Dalam melakukan aksi sosialisasi “Perbaikan Kesejahteraan Buruh” Jim dengan LSM Educating for Justice yang dipimpinnya giat melakukan penyebaran informasi buruknya kesejahteraan yang diterima para buruh, sementara keuntungan pabrik Nike sangat besar. Untuk tahun 2011, Nike membukukan keuntungan $ 2.100.000.000.000.
“Saya pikir sangat tidak wajar, jika untuk memperbaiki kehidupan para buruh, Nike masih berlepas tangan dan tidak mau meningkatkan taraf hidup kesejahteraan para buruh,” papar Jim.
Sementara itu, Agus Sjafari selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Tirtayasa Serang mengatakan bahwa Diskusi Publik ini dilakukan sebagai bentuk kerjasama dengan dosen dan aktifis sosial dari luar negeri dalam berbagi informasi, “Saya pikir diskusi ini merupakan salah satu bentuk kepedulian FISIP terhadap kehidupan para buruh di Banten, apalagi Untirta bertetangga dengan pabrik-pabrik yang menjadi fokus penelitian Mr. Jim,” tutur Agus. (B01) ~ sumber: http://bantenesia.com/index.php/banten/item/429-buruh-banten-harus-hidup-dalam-standar-layak-bukan-hanya-minimum