Indonesia Surplus Informasi Negatif
oleh : Ikhsan Ahmad, M.Si
(Pengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Untirta)
Tidak ada cara lain untuk menjalani hidup dimasa pandemik ini, selain harus menyesuaikan diri dengan tuntutan penanganan dan pencegahan covid 19 yang sudah disepakati, ditambah kemampuan dari masing-masing elemen bangsa untuk menahan diri untuk tidak menyebarkan informasi yang menyumbangkan rasa was-was atas peluang untuk tetap optimis keluar dari wabah global ini, terlepas dari perdebatan-perdebatan mendasar mengenai virus Covid 19. Hal ini dikatakan oleh Prof. Dr. Aloysius Liliweri, M.S, Guru Besar Komunikasi Univesitas Nusa Cendana. Hal senada disampaikan oleh Prof.Dr. Widodo Muktiyo, Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Komunikasi dan Media Massa, bahwa perilaku komunikasi kita saat ini telah memberikan efek signifikan terhadap kompleksitas persoalan pandemik covid 19, sementara kemampuan berfikir seringkali kalah cepat dengan persoalan yang muncul. Oleh karena itu perlu ada perubahan secara massif dan sistematis untuk mengubah komunikasi di masa pandemik dengan pendekatan yang persuasive dan edukatif serta menjadikan masa pandemik ini sebagai momentum berbenah, mereformasi diri.
Kedua pendapat diatas disampaikan dalam acara Webminar Nasional, penutupan rangkaian acara Milad FISIP Untirta ke 18 yang dilaksanakan secara online. Dalam acara, ini Prof. Dr. Ahmad Sihabudin, M.Si, Dekan FISIP Untirta, mengatakan dalam sambutannya bahwa pengendalian informasi publik sangat diperlukan untuk mengelola informasi yang akan diserap oleh masyarakat agar bangsa ini terhindar dari potensi krisis dan perpecahan yang dapat terjadi akibat dampak dari perbedaan sudut pandang baik dalam aspek sosial, ekonomi, budaya, politik dan agama.
Masa pandemik covid 19 ini diperediksi oleh para ahli akan berlangsung lama, oleh karena itu selektifitas individu untuk menerima dan menyerap informasi diperlukan sebagai pembelajaran bersama yang perlu dihantarkan juga sebagai bagian dari pencegahan covid 19 agar kita tidak kehilangan kesempatan belajar, terutama bagi generasi milenial, tambah Prof.Widodo. sedangkan solusi yang ditawarkan oleh Prof. Aloysius, pembatasan-pembatasan pergerakan masyarakat agar terhindar dari virus covid 19, perlu ditambahkan juga kepada pembatasan-pembatasan informasi (menghentikan mobilitas informasi) negative, bagaimana mekanismenya? Harus dicarikan, karena sifatnya darurat, maka hal-hal yang menyangkut keamanan, kenyamanan dan persatuan harus ditegakan.
Selain covid, persoalan komunikasi publik dan pengelolaannya menjadi penting untuk diatur mekanismenya agar terpaan informasi publik kepada masyarakat tidak serta justru menjadi virus dan inilah yang harusnya menjadi concern kita, terutama para ahli komunikasi, tutur Prof.Sihab pada sesi penutupan Dies.