FISIP Untirta dan BPK Wilayah VIII Gelar Seminar Publik “Menjaga Warisan Kebudayaan Leluhur di Era Digital”

Kamis, 20 Juni 2024 Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Untirta dan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VIII sukses mengadakan Seminar publik, yang mengangkat tema “Menjaga Warisan Kebudayaan Leluhur di Era Digital”, Seminar Publik ini  berlangsung di ruang serbaguna FISIP Untirta, dengan Peserta yang hadir mencapai 100 orang dan dihadiri oleh mahasiswa FISIP Untirta.

Seminar Publik kali ini mengundang tiga pemateri, antara lain Ken Supriyono,  beliau merupakan jurnalis sekaligus juga penulis buku, salah satu karya beliau yang terbaru yaitu permusuhan Banten yang terbit pada tahun 2022. Selanjutnya pemateri yang kedua yaitu Bonnie Triayana beliau merupakan sejarawan dan kuraotor di Museum Nasional dan terakhir Fuad Fauzi seorang Pegiat film yang kerap kali membuat film-film dokumenter mengenai kebudayaan Banten.  Ini merupakan kebanggaan tersendiri untuk mahasiswa FISIP Untirta bisa bertemu langsung dengan pemateri yang sangat luar biasa, selain bertemu dengan ketiga pemateri ini, peserta juga mendapatkan banyak ilmu serta bisa berdiskusi langsung dengan pemateri terkait materi yang di sampaikan.

Dr. Nurprapti, M.Si, selaku Plt. Dekan FISIP Untirta dalam sambutannya mengatakan sangat mendukung seminar publik yang digelar oleh FISIP dan BPK Wilayah VIII karena sangat bermanfaat. “Melalui seminar ini, para mahasiswa bisa belajar, tidak hanya dari akademisi, tetapi juga dari para praktisi,” ujarnya. Ia berharap, para mahasiswa memiliki pengetahuan dalam pelestarian kebudayaan khususnya yang ada di Banten.

Hal senada juga diungkapkan oleh Adi Juliadi perwakilan BPK Wilayah VIII dalam sambutannya BPK Wilayah VIII sangat mensuport kegiatan yang menjadi rangkaian dari Ulangtahun FISIP ke 21 dan hari Purbakala Nasional ke 111, dan ia berharap para mahasiswa dapat mengexplore pengalaman-pengalaman dari semua narasumber bagaimana mewujudkan dan mewariskan kebudayaan di Banten. ” Teori-teori yang akan disampaikan oleh pemateri bisa diambil ilmunya untuk mewariskan budaya di era digital, banyak cara yang bisa diterapkan”, imbuhnya.

Seminar publik yang dimoderatori oleh Mulyani Pratiwi ini memandu pemateri pertama mengenai pengalaman Fuad Fauji dalam praktek komunikasi visual dalam pendekatan Film, Fuad menyatakan bagaiamana sebuah sejarah bisa dikemas dalam sebuah lensa. Selain itu adanya pengaruh film yang bertujuan untuk memanjangkan umur sejarah agar generasi-generasi kita kedepannya bisa dapat menikmati warisan budaya. Selanjutnya Ken Supriyono membagikan pengalamannya dalam menulis sebuah buku mengenai kebudayaan di Banten. Dalam membagi pengalamannya menyatakan awal dirinya tertarik budaya Banten, ada perkataan menarik dan menggugah saya dari Raja keempat Kesultanan Banten Sultan Abdul Mufakir , “Wong Banten Kudu Ngakurat Tapak Leluhur, Aje Ngarti Udan Guru Banjir Ilmu Orang Bener Orang Bener, Orang Salah Makin Keperadah” Artinya orang Banten harus melacak peristiwa masalalunya nilai-nilai leluhur pendahulunya jangan sampai hari ini kita menghadirkan banyak ilmu, banyak guru tapi orang bener makin terkubur orang salah makin merajalela. Darisitu Ken Supri dapat belajar ternyata untuk memproyeksikan masa depan yang lebih bagus, kita harus melihat hal-haldari pendahulu yang positifnya. Selanjutnya Bonnie Triyana dalam paparan materinya menjeleskan dalam mewariskan kebudayaan harus pahami budaya dasar yang diwariskan oleh Ir. Soekarno ” Kebudayaan merupakan ciptaan hidup yang timbul daripada manusia”. Soekarno mempunyai corak kebudayaan tersendiri salah satunya ialah Reflektif, artinya harus dapat menalaah sudut pandang masyarakat mengenai sejarah atau sadar sejarah.

Dari ketiga pemateri diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa sebagai generasi millenial, menjaga kebudayaan adalah sebuah keharusan yang mana budaya tersebut ditinggalkan oleh nenek moyang kita sebagai pegangan atau alat yang sangat bermanfaat untuk kehidupan. Jangan membuat perpecahan, cintalah terhadap kedamaian saling kasih menyayangi, berjalanlah berdampingan dan hindari perpecahbelahan karena itu awal dari kesengsaraan . Dari  materi yang sangat luar biasa ini, semoga kita senantiasa menjaga, mengingat, dan terus melestarikan budaya bangsa yang hampir sirna karna ditelan arus Modernisasi.
Scroll to Top