FISIP Untirta dan Kementerian Luar Negeri RI Kolaborasi Jaga Warisan Budaya: Golok Banten Menuju Pengakuan UNESCO

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia melalui Direktorat Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Negara Berkembang, bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), mengadakan kegiatan bertajuk Campus Engagement Pelestarian Warisan Budaya Takbenda Melalui Inskripsi UNESCO. Acara ini diselenggarakan di Ruang Serbaguna FISIP Untirta pada 07 November lalu dan menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai bidang keahlian terkait.

Tiga narasumber utama dalam kegiatan ini, yaitu Hartanti Maya Krishna dari Direktorat Perlindungan Kebudayaan Kemendikbudristek, Dr. Idi Dimyati, M.I.Kom dari FISIP Untirta, dan KombesPol (Purn.) Dr. H. Agus Rasyid, S.H, M.H selaku ketua tim pengusul Golok Banten, membawakan paparan yang mendalam tentang pentingnya pelestarian budaya takbenda, khususnya Golok Banten.

Hartanti Maya Krishna menyampaikan penjelasan mengenai konsep warisan budaya takbenda serta proses pengusulan Golok Banten ke dalam daftar Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO. Menurutnya, pelestarian budaya lokal seperti Golok Banten perlu mendapat perhatian dan pengakuan Internasional sebagai langkah untuk memperkuat identitas bangsa.

Dr. Idi Dimyati, M.I.Kom, menyampaikan pandangannya tentang strategi komunikasi dalam diplomasi budaya takbenda. Ia memaparkan konsep Pentahelix, yang mengedepankan kerja sama antara pemerintah, akademisi, komunitas, dunia usaha, dan media untuk mengusung Golok Banten menjadi warisan budaya takbenda (WBTb) yang diakui dunia. Menurutnya, kolaborasi ini sangat penting untuk menjaga kesinambungan budaya dan meningkatkan nilai budaya Banten di kancah Internasional.

Sementara itu, KombesPol (Purn.) Dr. H. Agus Rasyid membahas aspek sejarah, budaya, dan metalurgi dari Golok Banten. Ia menjelaskan bahwa Golok Banten memiliki nilai historis dan budaya yang kuat bagi masyarakat Banten, serta merupakan simbol kekuatan, keberanian, dan ketahanan masyarakat setempat.

Dalam sambutannya, Dekan FISIP Untirta, Leo Agustino, Ph.D, mengapresiasi kolaborasi ini dan menekankan pentingnya peran akademisi dalam menjaga serta mengembangkan budaya lokal. Amar Makruf, sebagai diplomat ahli madya dari Kementerian Luar Negeri RI, juga memberikan pandangannya mengenai peran diplomasi budaya dalam memperkenalkan warisan budaya Indonesia di ranah global.

Antusias para peserta yang hadir begitu besar, terlihat dari banyaknya pertanyaan yang dilontarkan mengenai warisan budaya lokal. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa dan masyarakat umum untuk turut serta dalam pelestarian warisan budaya Indonesia serta memahami peran strategis diplomasi dalam menjaga identitas budaya bangsa.

 

4o
Scroll to Top