Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) menggelar Dialog Kebangsaan bertajuk “Sinergi dan Kolaborasi dalam Program Pengentasan Kemiskinan serta Penghapusan Kemiskinan Ekstrem” pada Selasa 23 April lalu, bertempat di Ruang Serbaguna FISIP Untirta.
Acara ini menghadirkan Wakil Menteri Sosial Republik Indonesia, Agus Jabo Priyono, sebagai narasumber utama. Turut hadir dalam dialog ini Wakil Gubernur Banten Dimyati Natakusuma, Rektor Untirta Prof. Dr. H. Ir. Fatah Sulaiman, ST., MT, Wakil Wali Kota Serang Nur Agis Aulia, Dekan FISIP Untira, Leo Agustino, Ph.D serta segenap civitas akademika Untirta dan tamu undangan lainnya.
Dalam sambutan pembuka, Rektor Untirta Prof. Fatah Sulaiman menyampaikan apresiasi atas kehadiran Wakil Menteri Sosial dan para pejabat daerah. Ia menegaskan kesiapan Untirta untuk menjadi mitra strategis Kementerian Sosial dalam mendukung program-program sosial berbasis pemberdayaan masyarakat.
“Kolaborasi antara perguruan tinggi dan pemerintah menjadi kunci dalam mengatasi persoalan kemiskinan yang semakin kompleks. Untirta siap ambil bagian dalam proses ini,” ujar Prof. Fatah.
Wakil Wali Kota Serang, Nur Agis, turut memberikan sambutan yang menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah kota dan pusat, khususnya dalam implementasi program sosial yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat di lapangan.
Sementara itu, Wakil Gubernur Banten Dimyati Natakusuma dalam sesi dialog menyampaikan pandangannya mengenai tantangan kemiskinan ekstrem di Provinsi Banten. Ia menekankan bahwa permasalahan kemiskinan tidak bisa diselesaikan secara sektoral, melainkan harus melibatkan seluruh elemen: pemerintah, akademisi, hingga masyarakat sipil. “Saya berharap pemerintah tidak buta dan tidak tuli terhadap realitas kemiskinan ekstrem. Kedatangan Pak Wamen menjadi penguat semangat kita semua untuk bersatu dalam mengatasi persoalan ini,” tegas Dimyati.
Dalam pemaparannya, Wakil Menteri Sosial Agus Jabo menjelaskan strategi Kementerian Sosial untuk menurunkan angka kemiskinan, termasuk pencapaian target Presiden Prabowo Subianto yakni menurunkan tingkat kemiskinan menjadi di bawah 5% pada tahun 2029.
Berdasarkan data per September 2024, jumlah penduduk miskin di Indonesia masih berada pada angka 24,06 juta jiwa, hanya turun dari 11,25% (2014) menjadi 9,36% (2023) dalam satu dekade terakhir. Agus menekankan pentingnya program pemberdayaan sebagai instrumen percepatan penurunan kemiskinan.
Salah satu inovasi yang dipaparkan adalah model kolaboratif “Kampung Anti Miskin”, sebuah inisiatif yang mengintegrasikan berbagai pihak seperti pemerintah daerah, perguruan tinggi, media, dan stakeholder lainnya untuk menciptakan ekosistem pemberdayaan yang berkelanjutan, yang bertujuan memutus rantai kemiskinan antargenerasi melalui pendidikan berkualitas dan pembentukan karakter.
Dialog ini mendapatkan respons antusias dari para mahasiswa FISIP Untirta yang aktif mengajukan pertanyaan dan berdiskusi mengenai strategi-strategi konkret pemberantasan kemiskinan ekstrem di Indonesia.